11.21.2011

MELIHAT // masihkah kau mau untuk mendengar ?

Harus saya akui, hingga hari ini. saya adalah lelaki yang sibuk dengan diri sendiri. Salah Satu kesibukan saya adalah "MENGKHAYAL", melihat diri melakukan hal yang besar, yang fantastis. Saya terobsesi menjadi hero, mungkin carefour, paling tidak indomaret serta alfamaret lah yang seperti warung kelontong bersebrang jalan tidak memikirkan persaingan. 

Tapi jangan berpikir jauh dulu, tentu pasti ada sebabnyya. Dan sebab pertama, karena saya selalu kalah dalam keluarga - juga masyarakat. Saya merasa asing, dan sepi. Saya mengalami kompleks diri. Saya menyenangi orang, tapi tak lama kemudian, menjadi bosan. dasar kampungan! 

Karena itu, saya pun mencari pelarian. Tapi? Kemana? Kemana saya harus Berlari? Tiba - tiba, melalui waktu, sata dapati diri saya penuh luka, ditengah norma yang dipancangkan oleh seluruh masyarakat yang sudah mulai melupakan adat serta istiadat.

Memang, saya tidak bisa menafikan satu suara: Keinginan untuk melihat kebenaran, melihat persoalan berjalan di alurnya. Saya pun sadar: ada pelbagai suara penghuni diri saya. 
Kesibukan saya yang lain adalah JATUH CINTA. Tapi, cinta saya tak pernah berbalas: setelah tau siapa saya, yang ganjil kaku bau dan suka menggerutu, para wanita wanita penuh canda tawa itu pun mulai pergi menghindari diriku. Atau, seperti sering terjadi, CINTAKU BERTEPUK SEBELAH TANGAN? Memang tangan yang sebelahnya lagi sedang dimana? memanjakan yang perlu dimanjakan kan? ah sudah mari kita lupakan permanjaan kita tadi.


Di ujung pengembaraan yang jauh itu, ketika saya lagi termenung, sebuah suara menyentak saya keras - keras: ambil mesin Tik itu! MENGETIKLAH!! Sementara hingga detik ini saya masih heran, siapakah yang berkata? Dan darimanakah suara tersebut? Namun suara itu terus mendesak hingga pernapasanku semakin tersesak. Mengetiklah! apa yang harus saya ketik? Sementara saat ini saya sudah mulai kehilangan beberapa detik untuk mulai mengetik. Akhirnya saya pun mengetik? Saya tumpahkan harapan dan kenyataan - juga kerinduan. kemudian, tanpa sengaja Saya telah menulis sebua esai tentang C.I.N.T.A ? (dimanakah Esai itu, kini??)

Selama itu saya tidak menulis, dan kecanduan rokok. Beberapa tahun, saya berjuang untuk melawan nikotin penyiksa batin yang selalu menggerogoti saya. Namun, saya berpikir mungkin saya benar - benar akan mati, dan kalau saya mati, mungkin calon istri saya, calon anak saya, calon cucu saya bagaimana kabarnya? Tapi, Tuhan Sayang pada saya: melalui Keajaiban, saya pun tetap belum lolos dari jerat NIKOTIN tersebut. Terimakasih Gudang garam!!


Dan sekarang saya tau, meski karena kebetulan mengapa saya memilih untuk menulis: karena hidup itu sangat singkat, sementara harus ada sesuatu yang harus diucapkan, agar semua tidak sia - sia. Barangkali, orang lain lebih memilih peran lain untuk dirinya, semua itu sah - sah saja. Sebab, itulah HIDUP!
Hudan Hidayat - mente come il sole. 


penyimak