8.10.2011

Gending, malam yang terbenam.



Orang tua Gending kerap mengingatkan untuk terus memandang hal jauh ke depan, dan ayahnya tidak pernah lelah memutar bel akan hal ini. Beliau sangat tidak suka kalau dia serta anggota keluarga lainnya terus berkutat dengan masa lalu. Bagi pria senja itu setiap hari punya siklus sendiri, dan kapasitas rasa syukur yang berbeda.

Menengok ke belakang, dirasa sepanjang tahun lalu hidup Gending bagai musik bertalu-talu, kadang iramanya indah, kadang memekakkan telinga. Naik turunnya pun bukan kepalang bikin pusing kepala. Lantas mengapa dia memutar kembali memori satu tahun kemarin? Jika harapan untuk menjadi lebih baik terdengar sangat klise,nyatanya bagi Gending hidup memang klise.

Mulai dari pembukaan tahun dengan harapan pekerjaan membaik, eh malah dia menyunat euforia. Lalu berharap mendapatkan pria untuk tempat bersandar, eh malah secara berlebihan menempel bagai lem perekat anti tikus. Kemudian berharap menemukan sahabat baru untuk menutup luka lama, eh malah dia dimaki sebagai sundal pencuri pupur celepuk miliknya. Ah, pokoknya banyak hal di luar dugaan mengisi agenda satu tahun belakangngan.

Namun setidaknya di sela-sela rundung kelabu, banyak berkat berhembus di wajah si gadis kerempeng. Tahun depan, Gending akan genap seperempat abad.  Tentu bukan usia belia lagi selamanya, dan terus melaju seiring bertambah tuanya dunia. Maka kepalanya pun semakin sumuk dengan pertanyaan sudahkah dia sukses merilis prestasi nan signifikan untuk dibanggakan, atau genap berkontribusi bagi jagad elemen dunia.

Ternyata belum. Belum ada catatan berkilap yang menarik ujung mata untuk menolehkan kepala lalu memandangnya. Gending merasa belum sukses menjadi manusia dewasa. Kakinya semakin berat melangkah, mata pun sayu memandang kabut Ibu Kota. Bagaimana ini, sementara setengah tahun telah di ambang terbitnya.

Berkali-kali Gending memaki roh, memekik menyatakan bahwa dia belum sedemikian dungu sampai tidak tahu bahwa Sang Khalik tidak pernah mengedipkan mata. Dia ada di mana saja, Dia selalu ada untuk siapa saja. Bahkan saat hampir 24 x 7 banyak jiwa yang menajiskan daging pinjamanNya. Namun Gending kembali mengumpat, GOBLOK!!! Sebab usai memasuki ambang ikhlas, dia mengulangi permintaan serupa, ego kekanak-kanakan jauh dari pertanggungjawaban.



Tahun ini dia berhasil memelihara Burung Unta, usai menafkahi si bontot keluarga Minahasa.


Tahun ini dia berhasil menaklukan suku Maya, usai menggunting rambut pirangnya.


Tahun ini dia berhasil menjejakkan lima benua, usai mengelabui emosi mereka.


Tahun ini dia berhasil keluar penjara, tapi dia kehilangan jiwa.


Maka kini Gending puas,... tidak perlu lagi lelah memikirkan daftar belanja sepanjang satu tahun ke depan...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

penyimak